Akhirnya gua memutuskan untuk memasang Arch Linux sebagai daily driver lainnya. Gua masih tetap pake Ubuntu sebagai sistem operasi utama karena banyak kerjaan di sana. Arch Linux gua pasang setelah gua tahu ternyata punya penyimpanan yang nganggur.
Memasang Arch Linux gak seseram yang gua pikirkan. Dengan mengeksekusi archinstall, prosesnya menjadi mudah; hanya perlu ketelitian apalagi saat memilih penyimpanan yang tepat. Gua punya pengalaman kesalahan memilih tempat penyimpanan yang berakibat terhapusnya sistem operasi utama.
Saat lu memasang sistem operasi yang baru lu kenal, yang pertama yang harus dipelajari adalah memasang aplikasi/paket yang ada. Misalnya, gimana cara memasang sebuah browser. Kemudian mempelajari cara mencopot aplikasi yang udah gak dipake lagi. Selebihnya, mau apapun distro Linux yang lu gunakan, cara kerjanya gak jauh berbeda.
Biarpun gua pernah pake paru untuk memasang aplikasi, saat ini gua memaksakan diri hanya memasang dari repositori atau situsweb resmi. Beberapa waktu yang lalu ada berita yang gak begitu mengenakkan datang dari repositori pengguna. Dengan alasan ini juga, aplikasi default yang gua pake agak sedikit berbeda dengan yang ada di Ubuntu.
Misalnya untuk browser, gua pake Brave Browser di Ubuntu. Sedangkan di Arch Linux, gua pake Chromium yang akhirnya gua pindah ke Zen Browser karena tinggal ekstrak.